Sunday, March 17, 2013

Bebe Oh Bebe


12.00: Saya dan 4 teman saya sedang leyeh-leyeh comel dan berjemur di pante. karena lagi musim hujan dan cuaca sedikit mendung, makanya kami pede berjemur. Coba kalo kami berjemur saat musim kemarau, bisa dipastikan kami jadi ikan wader asap.

12.30: Kami mengeluarkan segala "senjata narsis" masing-masing:

Agista: *ngeluarin kamera DSLR*

Faris: *ngeluarin Samsung S3*

Louisa & Eka: *ngeluarin beha eh bebe*

Saya: *ngeluarin NOKIA 3315*  -______-"


Untuk tempat narsis kami memilih satu sisi spot pantai yang kiranya bagus. Pilihannya jatuh pada Dermaga Batu. Opo kuwi?

Dermaga Batu ialah tumpukan bebatuan gede di pinggir pantai yang di bentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah dermaga. Fungsinya banyak selain buat tempat memancing warga sekitar, para wisatawan juga bisa menikmati pemandangan pantai sampai ke tengah tanpa takut kecebur. Keunggulan lain dari Dermaga Batu adalah lebih kuat dan di jamin tahan ombak, badai dan halilintar. Gak bisa ancur karena memang terbuat dari batu.

12.35: Ketika lagi seru serunya mangap buat difoto, tiba tiba...

"AAAAAAAAAKK, ANU GUE JATOH!" Si Eka tereak kaya emak-emak abis kemalingan pembalut.

"APANYA YANG JATOH?" Tanya saya sambil melirik *uhuk* dadanya si Eka dan tampaknya gak ada yang jatoh, tuh. Jiakakakaka!

"BB GUE JATOH!" Eka njerit!

"JATOH KEMANA??" Agista ikutan parno.

"HUAAAAAAAAA!" Si Eka mulai mewek.
 
Sebuah keadaan yang tak pernah terpikirkan terjadi, BB-merk-sagitarius-nya-Eka nyemplung dan successfully masuk ke dalam tumpukan batu di Dermaga Batu. FYI, ukuran batu disitu semuanya segede tubuhnya Trinity dengan diameter hampir 1 meter, bisa dibayangin betapa beratnya.

"HUAAAAAAAAAAAAA!!!!" Si Eka nangis makin kenceng.

"Oke, lo tenang dulu, ya? Kita cari dulu bebenya." Si Faris nenangin Si Eka.

Saya, Agista dan Faris pun mencoba merogoh-rogoh celah bebatuan. Tapi hasilnya nihil, bahkan jempol saya sempet kegencet batu, Sakid, Mamaaa! Tinggal kasih sembel terasi, jadilah "Jempol Penyet". Huh!

"Coba elo calling pake hape gue, supaya kita tahu di mana posisi BB lo." Kata Louisa.

"Aduh, Bebenya gue silent!" Kata si Eka sambil ngelap ingus.

AH SEMPAK!
 
"Pasti, Jatohnya dalem banget." Agista menimpali.

"HUAAAAAA BEBE GUE!!!!!!!" Si Eka jerit lagi.

Antara kasihan dan pengen ngentutin, saya pun menawarkan batuan, "Oke, gue cari bantuan dulu yak, siapa tahu ada warga sekitar yang mau bantu."

13.00: Ketika yang lain masih merogoh-rogoh saya mencari warga sekitar untuk di mintai tolong.

Saya: "Pak, maaf, temen saya hapenya jatoh di Dermaga Batu tapi jatohnya dalem banget, bisa minta bantuannya, Pak?"   

Si Bapak Yang Gue Mintain Tolong: "Bantuan gimana, Dek?" *sambil mancing*

Si bapak masih bingung. Biar gamblang saya pun langsung to the point. 

Saya: "Pak hape temen saya nyemplung masuk dermaga. Anu, Pak, Disini ada yang punya traktor apa tidak, ya? Buat mindahin bebatuan yang disana." 

Si Bapak Yang Gue Mintain Tolong: "Disini mana ada yang punya traktor?"

Saya: "Kalo dongkrak?"

Si Bapak Yang Gue Mintain Tolong: "Kayaknya juga gak ada tuh, dek." 

Saya: "Pak, Plis Pak! Tolong Pak! Kasihan temen saya, Pak!" 

Si Bapak Yang Gue Mintain Tolong: "Wah, maap, Dek. Saya gak bisa bantu." *nerusin mancing*

Karena putus asa saya kembali ke dermaga dan kami terpaksa mindahin batu (yang sekali lagi) segede bodinya Trinity (hihihi) itu pake tangan kosong.

13.15: Keadaan mencekam dan kami semakin terpuruk dengan keadaan ini. Sampai tibalah Si Bapak yang tadi saya mintain tolong - dia gak sendiri melainkan bersama seonggok eh sesosok manusia tinggi besar, kulitnya hitam legam (saking legam dan mengkilatnya sampe bisa buat ngaca! :D ). Pria itu terlihat maco (tanpa "h") dengan tato mawar di lengan dan beberapa tato bertuliskan nama nama cewek seperti: Sulastri, Sumini, Mujiati dan nama-nama "endemik" yang lain. Dalam sekejap saya bisa menyimpulkan bahwa Mas nelayan ini adalah seorang playboy pesisir! :D
  
Tanpa babi dan bu, Mas playboy pesisir me-nyogrok bebatuan itu dengan sebilah kayu gede yang sengaja dia bawa untuk menolong kami, I think that's great idea. Mengangkat batu dengan tangan kosong is the banget silly thing that we did. 

Fakta: Biarpun anak kuliahan tapi terkadang kami gak lebih pintar dari seorang nelayan yang mungkin gak pernah mengenyam pendidikan yang layak. :')

13.40: Pencarian bebe masih berlanjut, kami para lelakig bergotong royong membantu Mas playboy pesisir memindahkan batu dengan tongkat kayu satu persatu. Sudah ada 4 atau 5 batu gede yang terangkat, tapi bebe sialan itu tetap tak menunjukkan batang hidungnya.

Mas nelayan pun memberi aba-aba untuk berhenti, lalu dia merogohkan tangannya lagi ke dalam sela bebatuan.

14.10: Kami berlima pasrah dan sudah siap dengan kemungkinan terburuk bila bebe itu sudah tak tertolong lagi. 

Mas playboy pesisir: *merogoh celah bebatuan*

Kami berlima: *hening*

Mas playboy pesisir: *masih merogoh* *lebih dalem*

Eka bertanya penasaran: "Gimana, Mas?"

Mas playboy pesisir: *masih diem*
 

Eka: "Gimana, Mas?"

Mas playboy pesisir: *Hening sewindu*

Lalu setelah beberapa windu, tangan Mas nelayan pun keluar seraya menyodorkan barang yang selama ini kami cari-cari. Bebenya ketemu dan masih sehat walafiat!
 

Si Eka seketika langsung loncat kegirangan sambil joget patah-patah.  

Setelah kasih uang tip (baca: UPAH) ke  Mas playboy pesisir bertato mawar, Si Eka berucap, "Gue gak bisa idup tanpa fesbuk dan twitter. Gue gak bisa idup tanpa bebe gue, terima kasih ya Oloooh!"

HALAH!

Mindahin batu segede ini pake tangan kosong? *nyengir hulk*

6 comments:

  1. haha gw suka gaya bahasa lo bro, kocak abis

    ReplyDelete
  2. Hahahaha ngakak parah baca tulisan lo, naaah sekarang ayo pake bahasa Inggris :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pffffffftt! Perlu "Topo Broto" dulu supaya bisa full English! >.<

      Delete
  3. buset kebayang banget mindahin batu segede gaban itu... ckckckckckc

    ReplyDelete