Salah satu "gak enaknya" ber-solo-traveling adalah kesendirian. Gak ada yang di ajakin ngomong, gak ada yang di ajakin haha-hihi, gak ada yang di ajakin rumpik. Nyebelin.
Solusinya? Ya, kita harus pinter-pinter mencari kenalan. Pasang senyum terindahmu dan berkenalanlah dengan orang di sekitarmu.
Baru-baru ini saya mencoba untuk ber-solo-backpacking ke Karimunjawa. Dengan modal wajah manis semanis gula jawa yang sudah kadaluarsa. Saya samperin tiap orang yang ada di samping saya. Kesempatan itu datang ketika saya sedang menumpang kapal ferry yang sedang menyebrang ke Karimunjawa.
Kebanyakan penumpang datang ke Karimunjawa secara berrombongan lengkap dengan genk-nya masing-masing. Hanya segelintir saja yang traveling sendirian seperti saya. Keterbatasan duit juga memaksa saya untuk mencari minimal travelmate yang bisa diajak patungan penginapan dll.
Satu target di depan mata. Ada seorang backpacker cowok yang sedang duduk menyendiri dengan ransel segede kingkong pirang tergeletak di bawah kursinya.
Saya pun mendekat dan mencoba untuk berkenalan.
"Hai, Sendirian?" tanya saya sumringah.
"Iya" jawabnya datar.
"Iya" jawabnya datar.
"Kenalin, nama gue Freddy." saya pake nama samaran.
"Apa?" Dia bengong.
Saya nyengir kuda, "Hehehe. Nanti mau nginep dimana nih?"
Dia diem.
"Gimana, kalo nanti kita share penginapan, share kapal juga buat keliling pulau?" Tawar saya.
Dia tetep diam. sambil mengarahkan pandangan ke ranselnya - seolah memberi kode bahwa, 'ELO GAK LIAT RANSEL GUE SEGEDE ITU? ITU ISINYA TENDA, BEGOG!'
Tanpa dia sempet jelasin. Saya seketika paham, "Oh, elo mau kemping, yah? Heheheh. Hehehehehehe." Saya ketawa garing segaring tembok kapal yang karatan.
Hening.
(30 menit kemudian)
Bete karena gak ada yang bisa dikecengin, saya memutuskan untuk mengeksplor semua bagian kapal mulai dari bagian kapal yang paling atas (rooftop) sampe bagian kapal yang paling bawah alias baling-baling kapal! (MATIK, donk? :D).
Ketika sedang asyik TEPE-TEPE - alias TEbarPEsonah - mata saya tertuju pada seonggok eh sesosok wanita (Boleh di bilang masih gadis. Maksudnya gadis tahun 60an). Hihihi. Sosok itu adalah seorang nenek-nenek yang lagi duduk termangu di pinggir geladak kapal. Wajahnya sayu seakan memberikan sinyal: 'Hey, pemuda, mendekatlah kemari! Mari kita bersenang-senang. Hapuskan lara di hati. Mari bernyanyi. Uuuu... Yeah!'
Melihatnya kesepian, saya pun mencoba untuk mendekatinya dan duduk di sebelahnya - tak ada rotan, bambu lapuk pun jadi, dah! :D
Nenek itu memandang saya seraya tersenyum simpul. Terlihat deretan gigi-giginya yang sudah jarang plus berwarna kuning langsat. Melihatnya tersenyum pun saya membalasnya dengan senyuman yang tak kalah maut.
Nenek itu memandang saya seraya tersenyum simpul. Terlihat deretan gigi-giginya yang sudah jarang plus berwarna kuning langsat. Melihatnya tersenyum pun saya membalasnya dengan senyuman yang tak kalah maut.
"Nenek, mau kemana, nek?" tanya saya mengawali percakapan. (Duh, panggilan "Nek" itu kayak panggilan saya di salon aja, sih?)
"Mau ke Kremun, nak" Orang asli Karimunjawa sebagian menyebut Karimunjawa dengan sebutan "Kremun", "Saya asli Kremun, nak." Sekali lagi si nenek tersenyum dan memamerkan gigi jarangnya yang kuning langsat dan sedikit mengkilat.
"Oh!" saya manggut-manggut.
Batin saya berbisik: 'Lumayan juga nih kalo bisa nginep gratis di rumahnya Nenek ini. Syukur-syukur bisa dapet makan gratis. Di ajak keliling pulau ama suaminya. Trus di angkat jadi cucu angkat. Ah senangnya!' Hehehe.
"Kamu sendirian, nak?" si nenek balik nanyak.
"Iya, nek." saya menjawabnya sambil pasang muka melas.
"Mau nginep dimana, nak?" Tanyanya lagi.
Wuiih kesempatan buat dapet tebengan!
"Belum tahu, nek. Nginep dimana aja gak masalah asal bisa tidur, nek." Muka saya tambah memilukan.
"Besok kamu mau keliling pulau-pulau di Kremunjawa?" Tanyanya lagi.
"Iya, nek. Tapi saya juga masih bingung nanti sewa kapal dimana, trus biayanya berapa. Saya masih bingung, nek."
"Iya, nek. Tapi saya juga masih bingung nanti sewa kapal dimana, trus biayanya berapa. Saya masih bingung, nek."
Melihat muka saya yang sudah bermutasi jadi Zombie Kancut kecepit pantat burik. Muka si nenek seketika ikut sedih. My acting is working!
Batinku bergejolak. Pikiran busukku sudah berkelebat bahwa si nenek akan menjawab, 'Aduh, nak. Kamu kasihan sekali. Kamu sendirian disini. Tak punya tempat tinggal. Tak tahu arah tujuan. KAMU SEBATANG KARA, NAK! Mari ikut ke rumah nenek. Kamu bisa tinggal disana. Anggap saja rumah sendiri dan anggap saja saya nenekmu!'
Kemudian kami berpelukan. Ah indahnya! :D
Tapi lamunan saya seketika sirna ketika tanpa di nyana tanpa di duga si nenek bilang:
"Gimana kalau kamu menginap di homestay nenek? Disana tarif per-malamnya murah, kok! Sewa kapal juga murah, nanti anak nenek sendiri yang jadi pemandunya."
"Gimana kalau kamu menginap di homestay nenek? Disana tarif per-malamnya murah, kok! Sewa kapal juga murah, nanti anak nenek sendiri yang jadi pemandunya."
Saya tersenyum kecut sambil dalam hati berteriak, "KUUUAMPREEET!"