Friday, January 3, 2014

Suatu Hari di Pecinan Glodok


Suatu pagi di Pecinan Glodok, Jakarta...
"Majalahnya berapaan, bang?"

"Lima rebuan." Ucap si abang sambil ber-hi-five.
Muree banget emang, namanya juga majalah bekas! Tapi, spesial waktu itu yang saya beli bukanlah majalah bekas, tapi majalah new release alias baru terbit--yang setelah saya perhatikan cover-nya ternyata tertempel sebuah stiker yang kurang lebih berbunyi, "HANYA UNTUK DIBACA, TIDAK UNTUK DIBAWA PULANG!" Lha, trus, ini majalah ngutil dari mana?
Lupakan darimana majalah itu berasal. Yang pasti kala itu hatiku serasa bergelora sekaligus gembira loka mendapat majalah baru--baru ngutil--dengan harga super murah. Glodok gitu loh!

-------------
"Tiga rebuan aja, yah, bang?" Majalah itu pun masih coba saya tawar dengan harga yang lebih beradab (beradab ama biadab emang beda tipis). Berhasil? Berhasil, dooonk! Behahaha!
-------------
"AAAAKKKKKK!!! AAAAKKKKK!!! AAAAKKKKKK!!! AAAAKKKKK!!!"
Langkah kaki saya terhenti ketika mendengar seorang wanita menjerit kesetanan seperti mau disunat. 

"AAAAKKKKKK!!! AAAAKKKKK!!! AAAAKKKKKK!!! AAAAKKKKK!!!"

Suara itu makin menggila. Saya pun mempercepat langkah menuju arah datangnya suara cabul tersebut. Setiba di sumber suara, saya dibuat ternganga seakan tak percaya dengan apa yang tersaji di pelupuk mata: Pemandangan seorang abang-abang sedang menodong-nodongkan ularnya kepada seorang ibu. Bukan ular pake embel-embel kutip, yah! Tapi ini adalah ular beneran. Yang lebih serem, ular itu bukan ular putih atau pun ular bulu, tapi luar kobra!

SAYA ULANGI, KOBRAAA! *kamera zoom-in* *kamera zoom out*
"Gilak, nih, abangnya... Mau main sirkus?" Ucapku sambil merinding melihat si ular kobra yang mulai membentangkan sayap di leher tanda dia murka.
Setelah melalui perjuangan tak kenal lelah, si ibu akhirnya berhasil kabur, dan si abang pun masih terpingkal-pingkal puas setelah ngerjain si ibu dengan ularnya. Karena penasaran, saya pun mulai mendekati si abang sambil bertanya,
"Bang, itu ularnya mau diapain, sih?"
"Di giniin!" Si abang menjawab dengan santai sambil mengambil sebilah golok, daaaan....
"PRAAAKK!" Si abang memenggal kelapa ular kobra itu hidup-hidup.
"AAAAKKKKKK!!! AAAAKKKKK!!! AAAAKKKKKK!!! AAAAKKKKK!!!" Sekarang gantian saya yang menjerit kalang kabut.
Sadis. Dengan sekali tebas, kepala si kobra pun terpisah dari tubuhnya. Darah berlinang deras. Tubuh si ular menggelinjang dahsyat--mirip buntut cicak abis putus tapi ini versi hardcore-nya, kepala si kobra yang udah terpenggal--yang saya kira bakalan langsung innalillahi ternyata masih walafiat--itu pun masih bisa-bisanya mangap sambil memamerkan gigi-giginya yang di behel. #Yakalee.

Tanpa menunggu-mu disini sampai akhir waktu lama, Si abang dengan jemarinya yang lihai menuangkan kucuran darah si kobra malang tersebut ke dalam sebuah gelas kecil. Currrr... Kini saya baru ngeh, ternyata si abang ini adalah penjual Ramuan Kobra. 

Sekilas info tentang manfaat ular kobra (source: brosur si abang):
Darah: Meningkatkan vitalitas dan performa kejantanan bagi kaum lakig.
Empedu: Dapat menyembuhkan penyakit kulit, malaria, solaria, dll.
Sumsum: Dapat nyembuhin penyakit lever, jantung, darah tinggi, kencing manis, kencing pahit. dll.

Kira-kira beginilah steps meramunya:
  1. Ular kobra diambil dari kandang kaca. Dari puluhan ular, si abang akan memilihnya secara suka-suka alias random. Ular yang beruntung di comot dari kandang, dannn... PREK! Kepala si kobra pun terpenggal. Darah yang mengucur deras itu di tuang ke dalam gelas mungil.
  2. Darah udah terkumpul, sekarang giliran empedunya. Si abang dengan terampil menguliti tubuh si ular dan mengambil empedu--yang cuma seukuran upil yang udah dibulatin--dan sumsum kobra.
  3. Setelah semuanya (darah, empedu & sumsum) terkumpul, maka... THIS IS IT... *si abang berpose pose ala Farah Kuin lengkap dengan toket palsu (ya, enggak, lah!)*
Seorang bapak--yang dari tadi nungguin dengan sabar dan istiqomah--akhirnya bisa tersenyum melihat "menu" pesanannya tersaji. Tanpa menunggu-mu disini sampai akhir waktu lama, si bapak pun meneguk ramuan kobra itu dengan sekali tenggak. Mak clegug. 

"Gimana rasanya, pak?" Tanyaku iseng.


"Hmm. Rasanya manis, kok." 


"Masa', sih, pak?"


"Serius. Adek mau coba?"


"OGAH! Saya kan masih "grenk", pak.


"Masa', sih, dek?"


"Serius. Bapak mau coba?"


".........."



Puluhan kobra siap penggal
MAK PREK!!
MAK CURRR
THIS IS IT!!!!
:'((((((((((((