Friday, March 22, 2019

Serbia dan Pouch-ku yang Raib


Singkat cerita, di tengah perjalanan traveling saya di Serbia, saya kehilangan barang berharga berupa sebuah pouch (alias dompet yang kira-kira seukuran buku tulis). Pouch tersebut diperkirakan hilang antara:

Saat saya check-out dari hostel yang baru saja saya inapi di Novi Sad sampai saat saya tiba di kota selanjutnya di kota bernama Nis. Satu hal yang teringat di ingatan saya adalah, saya terakhir memegang pouch tersebut saat hendak check-out di hostel di Novi Sad, selebihnya hingga sampai akhirnya saya tiba di kota Nis, semuanya tampak blur dan saya tidak ingat lagi pouch itu di mana.

Sebagai gambaran, Kota Novi Sad terletak di ujung Utara negara Serbia, sedangkan Nis terletak di ujung Selatan dengan jarak lebih dari 300 KM antara kedua kota tersebut. Perjalanan dari Novi Sad bisa kalian tempuh sekitar 3-4 jam, bisa naik bus ataupun awan kinton.

Tengok peta berikut biar dapet gambaran:



Parahnya, saya baru tersadar kalau pouch saya hilang saat sudah sampai di hostel di kota Nis. Saya langsung grasak-grusuk membedah ransel merah raksasa saya dengan belati dan dan pisau jahit plus obat bius biar doi gak kesakitan. Hasilnya, NIHIL, pouch munghyl yang sarat akan nilai historis tersebut telah raib tanpa kabar berita.

Saya mencoba tarik nafas panjang, sembari mengingat-ingat barang apa aja yang tersimpan di pouch keluaran eksklusif yang saya dapet saat saya terbang menggunakan pesawat Turkish Airlines kelas bisnis jurusan Cileduk-Bojong Kenyot tersebut. Berikut beberapa barang yang saya ingat ada di dalam pouch tersebut:

1. Headset handphone:
Ah, gak masalah, saya bukan orang yang gila banget buat dengerin musik saat traveling, mungkin malam ini saya cuma perlu berdoa semoga gak ada roommate di hostel yang ngorok

2. Kabel charger Iphone
Ini juga no big deal karena untungnya saya bawa serepan

3. Kabel charger kamera
Yang satu ini sedikit delima, mengingat saya masih punya sisa 3-4 hari di Serbia sedangkan batere kamera saya cuma tinggal 70%. So, saya membuat plan:

- Saya akan menghemat penggunaan kamera, saya akan jepret seperlunya aja: 1 tempat maksimal 5 foto, dan satu orang maksimal 1 foto sahaja

- Saya men-sugesti diri sendiri, "Ah, nanti bisa beli lagi pas di Jakarta!"

Semua terlihat aman!



TAPI GUYS!

TAPI...

TAPI...




Tapi ada 1 lagi barang yang penting banget. Ibarat tamu, ini VVIP alias Very Very Important Printilan! Apa isi printilan itu? Printilan itu berupa sebuah kotak munghyl berisi memory card yang menyimpan hasil foto-foto 3 sampai 5 trips terdahulu yang belum sempat saya back-up di harddisk, including foto-foto gue saat nge-tip di Komodo, di Padang, di Turki, sampai foto-foto saya di Serbia saat singgah di Ibu kota Belgrade dan mengunjungi kota terindah yang barusan saya tinggalkan, yang tak lain dan tak bukan adalah Novi Sad!

Betapa hancurnya perasaan gue saat itu!


Saya panik! Dengan cuma dililit kancut polkadot saya lari ke lobby hostel di Nis buat pinjem telepon ke resepsionis untuk menelpon onwer hostel saya di Novi Sad, karena saya yakin benar kalo pouch tersebut ketinggalan di sana. Setelah mendengar curhatan saya yang sambil nangis-nangis beler ala FTE, staff hostel yang chanthyk tersebut langsung gercep dan menawarkan bantuan untuk ngomong ke owner hostel saya di Novi Sad. Berikut kira-kira hasil percakapan doi dengan owner hostel Novi Sad:

"She (the hostel owner in Novi Sad), has cleaned up your room this afternoon and she told me that she did not find any pouch, like you mentioned. But don't worry, she will look for it again in all location at the hostel tonight and she promised that she will update to us tomorrow morning."

Saya pun sholat tahajut selama 4782 rakaat dan berzikir secara non-stop sepanjang malam hingga fajar menyingsing untuk pouch tersayang.



Paginya, saya tetep jalan-jalan keliling kota Nis yang indah (seolah-olah gak pernah ada masalah) dan bahkan saya masih sempat mampir ke Nis Nazi Concentration Camp yang terletak di pusat kota. Pada hari itu, saya terpaksa banyak mengambil gambar menggunakan henpon untuk menghemat batere kamera. Sesekali saya harus tetap menggunakan kamera saat mau mengambil potret orang lokal (karena saya suka banget portrait).

Sorenya, saat balik ke hostel, saya mendapat kabar menyedihkan bahwa pouch tersebut tetap gak ditemukan di hostel Novi Sad. Perasaan saya saat itu udah pasti sangat sedih sesedih nama kotanya, Novi SAD!

Sesedih video ini...


Malamnya, saya membuat ide gila dengan memutuskan bahwa: saya akan kembali ke Novi Sad pagi buta menggunakan bus. Untuk apa? Untuk kembali ke hostel di Novi Sad untuk menemukan sendiri pouch pujaan hati yang telah lama raib itu!

Enggak, bukannya saya gak percaya sama owner hostel tersebut yang sebelumnya bilang, "Udah kita cari di mana-mana tapi tetep gak ketemu?", tapi saya cuma mau mastiin sekali lagi aja dengan mata kepala sendiri, kalau memang ending-nya pouch tersebut tetap gak ketemu, gue bakalan ikhlas, lahir bathin. Lillahita'ala.

Setelah booking via online kelar, jam 2 pagi buta saya jalan kaki menuju terminal bus di Nis untuk selanjutnya kembali ke Novi Sad!



Tak lupa saya, ehm... *keselek biji salak sebatang-batangnya*



Tiba di Novi Sad, saya langsung menuju hostel untuk mencari pouch gue yang telah lama raib. Kebetulan saya masih menyimpan kode pintu hostel, jadi saya bisa langsung nyelonong masuk hostel tanpa ijin si Ibu owner! Hehehe!

Saya mengendap-endap masuk kamar hostel, yang kala itu sedang kosong dan tampaknya si Ibu owner sedang keluar. Tanpa babibu, saya pun langsung membedah seisi hostel termasuk dorm, ruang tamu hingga toilet untuk mencari pouch keparat itu.

Saat sedang asyik merogoh-rogoh kasur, tiba-tiba terdengar pintu hostel terbuka! Dan apa yang saya takutkan pun terjadi...

KREKKKK!

Ini ekspresi saya:


Dan ini ekspresi si Ibu:


Dan percekcokan hebat pun tak dapat dihindari:

Si Ibu teriak super kenceng, "YOU! WHAT ARE YOU DOING HERE?"

"So... sorry, I just..." Saya salah tinggah sambil benerin seprei kasur.

"You don't believe me!" Ibu melotot.

"No, no, not like that! I just want to make it sure by myself just for one last time. If it's not here, then I will leave." Ucapku peres.

"Screw yourself!" Si Ibu teriak bete sambil banting pintu kamarnya.

Betewe, si Ibu yang awalnya ngambek akhirnya malah ikut bantuin saya nyari pouch laknat dengan ngubek-ubek seisi hostel mulai dari kamar dorm tempat saya tidur, lobby, toilet, hingga kamar pribadi dia. Doi minta gue buat ngecek semuanya tanpa terkecuali. Sumpah gak enak banget rasanya. Maafin otong, ya, bu! *nangis dettol cair sabun mandi*

Setelah sekitar 30 menit bareng-bareng mencari seisi hostel dengan hasil yang masih nihil, saya pun pamit dan minta maaf ke si ibu karena udah ngerepotin. Si ibu tersenyum dan menjelaskan kalau sebenarnya doi kasian sama saya, dan doi janji kalau suatu saat ketemu tuh pouch jahanam entah di sudut manapun di hostel ini, doi janji bakal kontak saya, jika perlu doi bersedia untuk ngirim langsung ke Indonesia.

DUH SEBAIK ITU! TEHARU AKUTUU! :(((

-
Saya keluar hostel dengan perasaan nyesek karena gagal menemukan pouch durjana tersebut. Saya tidak menyerah, saya pun mengunjungi kembali setiap restoran dan warung makan yang pernah saya kunjungi di Novi Sad, tiap orang saya tanyain tentang pouch bajingan tersebut tapi tetap tidak ada hasil.

Dengan perasaan frustasi, saya pun memantapkan jiwa dan raga untuk mengulangi trip saya di Novi Sad termasuk Mengunjungi Fruska Gora di puncak gunung. Saya mau gak mau harus kembali ke sana untuk mendapatkan kembali foto-foto saya yang raib bersama pouch bangsat tersebut. Iya, se-nekat itu akutu!

Trip re-wind di Novi Sad saya selesaikan secara kilat dalam waktu 4 jam. Saat pukul 8 malam saya memutuskan untuk kembali ke Ibu kota, Belgrade, untuk menghabiskan hari terakhir saya di sana dengan sisa batere kamera yang tinggal 1 stip (detik-detik akhir sebelum wafat).

Dengan suhu membeku, saya berjalan menuju terminal bus Novi Sad, saat mendekati loket saya iseng menanyakan kepada staff tiketing:

"Hey, do you have a 'Lost and Found' department here?" Tanyaku iseng.

Si staff tante-tante menjawab, "No. English. Wait here, my friend will help you."

"NO ENGLISH! LHA ITU BARUSAN APAAN? BAHASA SANSEKERTA? BAHASA QOLBU GITU? JAWAB, YAYUK!" Teriakku bete.

Setelah 20 detikan menunggu, staff yang satunya pun datang, "Hey, how can I help you?"

"Oh, thank you. I'm not really sure, but I think I lost my stuff here, in this terminal. It's a pouch, dark-green pouch, and there are some memory cards inside of it, and also other stuff which are so important for me. I would like to know if there is a possibility of somebody who found it here, may be? Hehehe." Jelasku cengengesan.

"Ok, when did you lose it?" Tanya si tante pirang.

"About two days ago, when I book a bus going to Nis." Jawabku.

"Do you remember the bus name?"

"Yes, it's called KANIS." Jawabku mantap.

"Ok, please wait here, ok?"

"Ok..." Jawabku gemetar.

Di Serbia sungguh unik, di saat saya cuma menanyakan barang hilang, antrian di belakang saya (yang dengan tujuan utama, yaitu beli tiket) harus rela nungguin saya. Aduh, sumpah gak nyaman banget posisi saya saat itu, dipandangin puluhan orang ngantri di belakang. Hahaha.

Dalam beberapa detik, si tante berambut pirang kembali muncul dari balik kaca dan dengan menunjukkan sebuah barang.

"Is this your POUCH?" Tanyanya.

"OH MY GOOD!!!!" Teriakku histeris.

"It's it yours?" Tanyanya lagi.

"OH MY GODDD!!!" Teriakku makin kenceng.

"ANSWER ME!" Si tante mulai emosi.

"YES!" Saya meloncat kegirangan.

Si tante pun membuka pintu loket, keluar dan memberikan pouch tersebut (dan isinya masih komplit plit, guys!) kepada saya. Doi ketawa melihat histeria saya yang lebay sampe goyang patah-patah saking girangnya. Kami pun berpelukan  merayakan keberhasilan kami menemukan pouch bangke dan gak berguna tersebut sambil masih dipandangin orang-orang dengan tatapan datar dan dingin yang tetap mengantri untuk bayar tiket bus di belakang saya.

Saya pun bergegas masuk bus menuju Belgrade dengan perasaan mengaru-biru dan emosi yang teraduk-aduk, sekaligus tersentuh dengan kejujuran Orang Serbia. Dari sini sangat terlihat jelas kesenjangan antara negara berkembang dengan negara maju. Bisa dibanyangin donk kalau pouch saya terjatuh di sekitar terminal Kampung Rambutan atau Pasar Senen, atau ketinggalan di kursi bus antar kota?

Team SAR sekelas Basarnas ataupun CIA pun gue jamin gak bakal bisa nemu.