Sunday, May 12, 2013

Bus Cantik

Jam digital bus menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Bus "eksklusip" yang saya tumpangi sejak dari Semarang itu masih terjebak macet - akibat kelangkaan solar yang melanda - di kawasan Ngawi, Jawa Timur. Setelah lolos dari terkaman macet, kami berhenti di sebuah rumah makan. Karena males makan nasi saya pun menukarkan kupon makan dengan payung ganteng eh maksudnya segelas susu hangat. :|

Ketika penumpang lain lagi enjoy makan, saya menyempatkan diri untuk pup sekalian pipis. Meski gak sedang kebelet saya tetep nekat ngeden biar nanti pas bus udah jalan saya gak ngerepotin. Gak lucu donk kalo nanti tiba-tiba saya mbrojol ketika sedang macet parah. Tetapi perjuangan ngeden itu gagal. karena gak ada sebuah "karya" yang keluar dari pantat sensual saya itu.

Pukul 02.00. Bus kembali melaju dengan anggun membelah kota Ngawi yang sunyi sesunyi hati. *tsah* Anyway, bus yang saya tumpangi itu serasa mewah - meski AC-nya dingin banget (kalo panas itu mah knalpot, Cong!) - Kenapa? karena saya duduk di samping cewek cantik nan wangi. Sepanjang jalan saya sampe gak bisa tidur, loh! Halah!

"Rumah kamu mana?" Saya mencoba berkomunikasi dengan si cewek.

"Saya asli Malang." Suaranya lembut banget.

Saya mesem-mesem mendengarnya - seenggaknya cewek itu gak menjawab, 'RUMAHNYA GAK DIBAWA, MAS.' - seperti jawaban 'nyebelin' kebanyakan cewek ketika di tanya perihal alamat rumah.

"Di Semarang ngapain?" Saya nanyak lagi.

"Aku kuliah, sambil kerja." Jawabnya mesra. Cih!

Saya manggut-manggut sok jentel.

"Mas, mau?" Dengan penuh pesona cewek itu nawarin sepotong lumpia-nya kepada saya.

Saya bingung mau jawab apa, sebenarnya sih saya pengen sekali jawab, 'Oh, thanks. Gue udah kenyang kok liatin kamu.' tapi karena takut si dia tiba-tiba muntah rawon (menu di rumah makan tadi), maka saya pun menjawab, "Oh, thanks. Gue udah kenyang, kok." Pull stop.

Senyap.

Dari jendela bus saya melihat bahwa lagi-lagi bus kami terjebak macet karena antrian solar yang mengular dan menjalar ke berbagai sisi kehidupan. Payah euy! Tetapi biarpun macet toh saya tetep pewe berada di dalam bus ditemani cewek manis plus musik India yang sayup-sayup terdengar dengan lampu temaram bus. Ah romanteees! *BU KRIM MANA BU KRIM?*

Tetapi bukan hidup namanya kalo gak ada permasalahan. "Kesyahduan" di tengah kemacetan itu seketika sirna ketika saya tiba-tiba kebelet beol. Mules banget. 

Saya mencoba menenangkan diri dengan mencoba merem - sapa tau saya amnesia trus ketiduran. 

SEERRRRR... Gak mempan! Perut makin tak terkontrol.

Saya mulai gelisah, hati gelisah owowow syalalala...

Saya berdiri untuk ambil ancang-ancang loncat dari bus. Saya pikir ulang kok konyol banget. Masa iya mau poop di tengah sawah? Yang bener aja donk. Gimana kalo nanti bokong bahenolku ini di-entup uler sawah? 

Gagal dengan plan A. Saya mencoba plan B alias Beol. Dengan tergopoh-gopoh saya menuju toilet bus. Nyampe di dalam toilet, tubuh saya terombang-ambing karena ternyata bus sudah mulai jalan. Di dalam toilet saya juga mendapati kenyataan pahit berupa tulisan peringatan bahwa toilet itu hanya untuk buang aer kecil. Bukan aer bah. #Matih

Willy nilly saya tetap harus nekat buang aer di situ. Wong udah "di pucuk", gimana nahannya? I can't bear it. Life is a choice but this time I have no choice.

Dan akhirnya........ 

"CREET!!!" Aroma "semerbak" menyebar kemana-mana. Menyeruak ke segala penjuru bus. Saya pun terlena. AMPUN MAAAAAKKKK!

Di saat-saat genting itulah saya mendengar teriakan, "Nganjuk! Nganjuk!"

Pucuk di cita Nganjuk pun tiba. Saya mendengar sang kernet bus teriak-teriak "Nganjuk". Kota terdekat dari kampung halaman saya, Kediri.

Dengan hati berbunga-bangkai saya pun memutuskan untuk turun dari bus dan melanjutkan sesi buang tokai - yang sempat terputus - itu di toilet pom bensin terdekat.

FYUUHHH!!!



-------------------------------------------

PS: By the way, Gara-gara tragedi itu saya jadi lupa untuk bertanya nama si gadis cantik asal Malang itu bahkan untuk "say goodbye" pun gak sempat. :")