Tuesday, August 18, 2015

Iming-iming Swimming


Salah satu kelemahan dari kebanyakan travelers Indonesia--termasuk saya--adalah tak lain dan tak bukan; gak bisa berenang.

Menurut kamu apa sih yang menjadi alasan kenapa traveler Indonesia banyak yang gak bisa berenang? Mari kita bahas satu-per-satu:

Kenangan buruk
Bukan hanya kenangan buruk dengan mantan atau kenangan buruk disodomi temen SMA (lha? yang ini serius bukan gue!) saja yang bisa membekas di hati, tetapi pengalaman buruk ketika berenang di masa kecil juga bisa membuat kita phobia. Saya salah satunya. Pada saat SD saya pernah disodomi tenggelam di kolam renang yang cukup dalem, untungnya pada saat itu ada anak SD lain yang jago renang yang akhirnya menyelamatkan saya. Mulai saat itu saya tidak akan mau lagi berenang ataupun belajar berenang. 

Kurangnya Fasilitas
Coba jawab pertanyaan berikut:
- Apakah setiap sekolah punya lapangan sepak bola? Mayoritas iya. 
- Nah sekarang, sekolah mana yang mempunyai kolam renang khusus buat para muridnya? Ada sih, tapi sangat jarang. 

Padahal menurut saya, olahraga berenang gak kalah penting daripada sepak bola. Selain menjaga kebugaran, skill berenang bisa menjadi bekal penyelamatan diri (contoh: ketika tsunami atau banjir), coba bayangkan bila warga Aceh semuanya bisa berenang, bisa dipastikan bahwa korban tsunami pada Tahun 2004 tidak akan sebanyak itu.

Untuk itulah, pelajaran berenang harusnya dimasukkan dalam kurikulum sekolah! MARI BIKIN PETISI! (kok jadi kayak demo gini, yah?)

Takut item
Mau jujur atau enggak, di Indonesia masih banyak orang yang rasis--termasuk saya--yang menganggap kulit item itu jelek, kumuh, jorok, kampungan, kotor, gak hedon, dan lain-lain. 

Fakta kulit orang Indonesia: Beda dengan bule yang renang sebulan gak item-item, orang Indonesia renang sejam itemnya sebulan. Kan, problematika banget, tuh!

Belum lagi cemo'ohan oleh teman-teman dan handai taulan sepulang dari mantai, yang pasti, buat kamu yang tidak tahan mental dan baper, bakalan kapok berenang selamanya sampai akhir hayat, atau bahkan bunuh diri minum sinom merk MESRAN karena tak tahan akan bully-an tersebut. 

Berikut contoh cemo'ohan/hujatan yang sudah pernah melayang ke telinga saya:

Hujatan Level 1:
-----------------
"Ihh, lo dekil banget, sih! Kayak anak ilang! Dari mana sik lo?"  Hujat teman sekantor saya.

"Dari Maldives!" Jawabku sekenanya.

Hujatan Level 2:
------------------
"Iihhh, lo abis dari mana, sik? Item gitu!" Ejek seorang teman.

"Sexy, kan?" Saya mencoba tetep pede sambil kedip-kedip mata dan gigit-gigit bibir.

"Seksi apanya? Keliatan tuak lo!"

"TUAK LO!"

"TUAK LO!"

"TUAK LO!"

'TUAK LO!" 

Suara biadap teman saya itu terus menggema seantero jagat, bagikan petir menghujam sanubari. 

Rasanya sakittttt, vroh! 

Hujatan Level 3:
------------------
"Maaf, Anda siapa, ya? Apakah kita saling kenal?"

"INI ANAKMU, MAAAKKK! DARAH DAGING YANG KELUAR DARI SELAKANGANMU DUA PULUH TUJUH TAHUN YANG LALU, MAK!" 

Emak saya pun koma, tak kuat menerima cobaan karena anaknya item.
-----------------

Gimana? Nyebelin, kan?

Tapi, kalau mau ditelaah lebih jauh, sebenarnya lebih banyak lagi kelemahan dan kerugian kita apabila tidak bisa berenang. Kelemahan ini bisa dibilang sangat memalukan. Bagaimana not? Saat temen-temen travelers dari negara lain mau ngajak berenang, 

"Let's go swimming, buddy!"

Saya terpaksa selalu menjawab, "No. I'm sorry. I cannot swim :(."

Bagi bule yang rese', biasanya akan bilang seperti ini, "What?! Are you fucking kidding me?! Your country has so many beautiful beaches (gue dengernya "bitches"). How come you cannot swim?"

Tetapi bagi bule yang baik hati biasanya akan bilang seperti ini, "Don't worry, man. Just go with me, I'll teach you how to swim."

Kyaaaa! Biasanya kalo sudah ditawari seperti ini saya akan langsung gelendotan sambil lepas baju buat langsung nyemplung ke pantai.

----------------------------


Pas lagi liburan ke Bali dan kongkow di pantai Kuta, saya sempat diajak berenang sama temen bule yang kebetulan gak rese' dan baik hati (Sebut saja dia Moe, bule asal negara pohon maple, Canada). Ketika saya bilang, "Nope, I cannot swim."

Moe menjawab ramah, "Well, I can teach you if you don't mind." 

"Thank you, vroh. I'm Okay." Saya mencoba sok jual mahal.

Merasa tidak berhasil membujuk saya, bule itu langsung ngacir sendiri ke pantai sambil membawa surfing board-nya.

Siang itu adalah pukul 13:00, dengan cuaca yang super-panas, saya sudah bisa membayangkan apa jadinya wujud saya jika saya nekat ikut surfing bareng doi (pulang-pulang jadi ikan sapu-sapu bakar bumbu kecap kedelai hitam). Gak mau ambil resiko, saya pun akhirnya mojok tidur-tiduran sendirian di atas hammock milik Moe di bawah pohon rindang. Ahh, life is good!

Waktu menunjukkan pukul 15:00 ketika Moe membangunkan saya. Kami pun lanjut ngobrol bareng sambil menuntaskan cita-cita saya di Bali; yaitu nonton pedagang 'susu' asongan di pantai Kuta. Di sini kita tidak berdua saja, ada travelers lain yang ikut nimbrung, ada bule dari Swedia, instruktur surfing asal Lumajang, ada pula cewek super-hot asal Korea Utara yang menghabiskan 1 bulan full di Bali hanya untuk belajar surfing. KEWL!

Dalam sesi obrolan tersebut saya menceritakan bahwa salah satu penyebab saya takut berenang (selain takut item) adalah karena dulu waktu kecil saya pernah tenggelam saat berenang di kolam renang. Jadinya sampai saat ini saya memiliki sindrom "parno-renang".

Di akhir obrolan Si Moe kembali membujuk saya, "Hey, Hans. Are you sure you don't want to swim with me? Do be affraid, I'll help you. You'll have your surfing board and me watching you, then you'll be OK!"

Saya pun meleleh. *_*

Merasa akan aman di tangan sang ahli, saya pun menerima tantangan bule penuh-bulu itu. Saya menyewa satu papan surfing yang khusus disediakan buat para pemula. 

Dengan telaten dan sabar, Moe mengajari saya teknik memegang surfing board yang benar, mengayunkan kaki di air, mengayuh papan surfing dengan tangan, menunggu ombak, sampai menjemput ombak. Rasanya hepi banget ketika tubuh ini mengambang di atas papan surfing yang sedang tersapu ombak! Serasa terbang! #norak.

"Well... Now, you've got it. Just try by your self, OK? I'm gonna get my own surfing board so we can surf together." Si Moe ngacir ke tepian mengambil sufing board-nya.

Karena capek, saya pun tengkurep tidur-tiduran, melamun di atas papan surfing yang masih mengambang di air sambil tangan ini tetap mengayuh. 

Terus mengayuh...

Terus mengayuh...

Terus mengayuh...

Hingga, beberapa menit kemudian, sayup-sayup saya mendengar si cewek Korea berteriak memanggil Moe.

"Moeee! Hey, Moeee!!!"

"What?!" Sahut Moe dari kejauhan yang lagi asik surfing sendiri.

"Look! Your friend! I think he's going to far." Teriaknya panik.

Mendengar hal tersebut saya langsung tersadar bahwa ternyata posisi saya sudah menjauh dari pantai (memasuki perairan dalam), bahkan para surfers yang sudah handal pun kalah jauh posisinya dengan saya. Ibarat pemain sepak bola, saat itu, saya telah terperangkap off-side!

"Kyaaa! Omaigaattt, gue terseret arus! Otokeyoooo?!" Teriakku dalam hati.

Saya mencoba tetap tenang dan mengayunkan kaki ke dasar pantai untuk mengetes apakah kaki ini masih bisa menyentuh dasar pasir atau tidak. Sialnya, kaki saya tidak bisa menyentuh pasir karena saking dalamnya.

*GLEK*

Pada saat itu, mulailah terlintaslah slide-show kenangan kelam masa kecilku dimana saya pernah disodomi tenggelam di kolam renang.

"HANNNSS!" Moe memanggilku keras dari kejauhan membuyarkan slide-show tersebut.

"Ye... Yeaaa?" Jawabku dengan suara bergetar.

"Are you ok, there?" Tanyanya.

VANGKE, pengen rasanya saya mendekatkan muka saya ke depan mukanya sambil berteriak, "DO I LOOK F*CKING OK?!"

Tidak kunjung mendengar jawabanku, Si Moe akhirnya buru-buru berenang mendekat menggunakan papan surfing-nya, 

"Don't move. I'll come to you. OK? Don't move." Ucapnya mantap.

Dalam posisi seperti ini, bila ada ombak besar datang pasti saya sudah tamat. You know lah ombak pantai Kuta seperti apa.

Dasar perenang ulung, dalam beberapa detik saja, bak kesatria penyelamat, Moe akhirnya datang menjemputku. 

"Alright, don't worry, just hold my feet, OK?"

Dengan gemetaran, saya memegang kaki kanannya, sementara tangan Si Moe mengayuh surfing board-nya dan membawa kami menepi. Terlihat dari kejauhan, si cewek Korea masih memandangi kami dengan muka khawatir.

Sampai akhirnya....

BYUURRRRR!!!!

Ombak besar pun menghantam kami. 

Tangan saya terlepas dari kakinya, dan tubuh saya pun terlempar dari papan surfing

---------------------------

Singkat kata saya selamat, karena untungnya, saat itu posisi kami sudah sampai di tepi, sehingga saya tidak (jadi) tenggelam dalam lautan asmara. Dengan perut kembung karena kebanyakan minum air laut, saya mencoba bangkit.

"Hey, are you OK, Surfer?" Tanya Si Moe sambil menahan tawa.

"Huaaaah, I'm WOKEH!" Ucapku bersyukur sekaligus kecewa.

Bersyukur karena akhirnya selamat dari maut, kecewa karena tidak sampai ada adegan transfer nafas buatan ala-ala Baywatch, gituh dehhh... Hehehe. #teteup.

-----------------------------

Moral of Story:
You better learn to swim, supaya tidak nyusahin orang lain.

SEKIYAN.


Kongkow sambil main catur, Score akhir Indonesia 2 - 0 Canada. :p

Jangan salah pokus

Moe in action 
Surfer dan pedagang susu asongan

Sengaja saya bikin hitam putih biar kulit saya kebantingnya gak parah-parah amat
Sunset at Kuta *_*