Tuesday, April 12, 2016

Mati Gaya di Vigan



Vigan sejak lama menjadi destinasi impian saya jika suatu saat punya rejeki untuk berkunjung ke Philippines. Beberapa saat lalu saya berkesempatan berkunjung ke Vigan--kota Impian. Alasannya, Vigan adalah kota bersejarah peninggalan Spanyol (Hispanic), di bangun pada tahun 1572, kota ini udah mengantongi predikat UNESCO Heritage Site--tempat bangunan-bangunan abad pertengahan ala-ala Eropa teronggok cantik. Bahkan pada May 2015, Vigan didapuk sebagai salah satu dari New7wonders City, bersanding manja dengan Beirut, Durban, Doha, Havana, Kuala Lumpur, dan La Paz. Buat saya yang belum kesampaian pergi ke Eropa, tentu Vigan menjadi pelipur lara.

Vigan sebenarnya terletak cukup terkucil, terletak di ujung paling utara (Agak mojok ke Barat dikit) Pulau Luzon, jauh dari gegap gempita Ibu Kota negara Philippines, Manila. Menuju Vigan dapat ditempuh dengan 3 cara:
1. Sewa mobil -> kurang tau tarifnya, karena gak sempet browsing + gak tertarik
2. Naik pesawat dengan rute Manila - Laoag (kota terdekat dengan Vigan) -> tarifnya pas mahal (1 jutaan/one way) pas saya di sana
3. Naik bus bisa pesan di terminal Cubao, Manila -> tarifnya 800 peso (dirupiahin saat itu cuma 224 ribu; kurs saat itu PHP 1 = IDR 280)--tentu saya ambil opsi ini karena paling ekonomis. Biarpun murah tetapi bus-nya sangat nyaman, ber-AC, dan ada Wi-Fi-nya!

Dasar traveler kurang survey, perjalanan yang saya kira sebentar ternyata memakan waktu hampir 10 jam! Dilihat dari peta, ternyata emang bener kalo jarak Manila - Vigan emang LDR-an banget, kurang lebih sejauh Jogja ama Jakarta. Pantesan!

Jika kamu pengen ke Vigan, saya sarankan berangkat malam, selain bisa tidur di bus, waktu kamu juga gak akan terbuang bengong-bengong bego di dalem bus (seperti saya yang berangkat di pagi buta, sampe Vigan udah gelap, huvt!)

19:00: Sampai di Vigan, saya langsung menuju hotel. Ya, hotel, di Vigan gak ada hostel. Mayoritas hotel di sana pun mahal! Kebetulan hotel yang saya booked menyediakan kamar dorm murah berisi 10 bunk beds, itupun hanya saya tamu satu-satunya (berasa tidur di kamar mayat, hii). 

Hint: Anyway, enaknya tidur di kamar dorm sendirian adalah; serasa kamar milik sendiri plus kita bisa sepuasnya nyobain bed-nya satu per satu. Saking bebasnya saya sampai ketiduran dalam keadaan bugil tanpa takut ada yang ngeliatin #eh. <-- Sengaja font-nya dikecilin.

19:30: Tanpa mandi, dan gak mau buang waktu saya langsung bergegas keliling melihat denyut kehidupan malam Kota Vigan. Saya mampir ke Calle Crisologo (jalanan cobbled-stones yang legendaris itu, tuh) plus bikin dubsmash di depan Vigan Cathedral. Gak banyak wisatawan asing yang datang ke Vigan, cuma ada segelintir bule, itupun datengnya bareng keluarga; suami-istri + anak, sisanya orang pinoy (entah saya dateng pas low season atau gimana, hanya Ponari dan batu ajaibnya yang tahu)

20:30: Baru satu jam saya bosan karena gak ada wisatawan yang bisa digebet, saya pun kembali ke hotel. Tidur di kamar dorm. Sendirian. Mencekam.

Esok harinya...

11:00: Satu yang saya suka saat traveling adalah; saya bisa bangun kapanpun semau saya. Agenda saya hari ini adalah; keliling Calle Crisologo, berkunjung ke Vigan Cathedral (St. Paul's Metropolitan Cathedral), Bantay Church + maen ke kuburan legendaris, Vigan Cemetery.

Berikut impresi saya terhadap keempat tempat tersebut:

Calle Crisologo: Kendati termasuk dalam must-visit list-nya kota Vigan, ternyata tempatnya biasa saja. Cobble stones-nya masih terawat dengan baik--saking terawatnya malah jadi gak alami, karena sudah terkontaminasi dengan semen, dll. Bangunan-bangunan tuanya hampir semuanya dijadiin cafe dan kedai souvenir (makin gak alami lagi, deh! huvt!), karena kecewa, saya akhirnya melipir ke bangunan-bangunan yang masih alami/terlantar (kadang yang terlantar yang lebih cetar. hehe)

Vigan Cathedral: Gak terpuaskan dengan Calle Crisologo, saya mampir ke Vigan Cathedral, bangunannya keren, apalagi patung-patung yang mengelilingi Cathedral, wuiiih! mirip yang ada di Rep. Ceko! :D

Bantay Cathedral: Tidak seindah Vigan Cathedral, tapi konon ini Roman Cathedral paling bersejarah di Ilocos Sur Region.

Vigan Cemetery: Bagi saya ini adalah tempat terindah di Vigan, buat saya pecinta benda-benda misterius, kuburan ini bener-bener bikin saya eye-gasm! Patung-patung ala Eropa berserakan di pemakaman ini. Wajib visit!

16:00: Singkat cerita, keempat tempat tersebut sudah selesai saya kunjungi kurang dari 6 jam, wisata kuliner yang kebanyakan menunya BABI pun gak sudah saya coba semua. Saya pun mulai mati gaya dan gak tahu mau ngapain lagi; gak ada bule yang bisa digebet, gak ada warga lokal yang mau kenalan ama saya karena mereka ngira saya orang lokal, sopir tricycle aja keliatan gak doyan buat sekedar flirting ama gue! Huvt! JAMAH AKU, MAS! JAMAH!

17:00: Bosen, saya pun balik ke hotel dan menanyakan ke staff resepsionis hotel tentang "what can I do?" di kota ini. Si Maria (nama resepsionisnya) menginfokan saya untuk berkunjung ke 4 tempat yang sudah saya kunjungi di atas.

"Eh, gue udah ke semua tempat itu, sis. Enaknya kemana lagi, ya? Malem ini gue gak tau musti ngapain, nih! Eh, ada diskotik, gak, ya?" Dia bilang gak ada lagi. Huvt, saya milipir bete.

19:00: Setelah mandi ganteng, saya kembali berencana untuk keliling Kota Vigan (abisnya mau kemana lagi?), mungkin kali ini saya bisa duduk-duduk di alun-alun sambil mandangin muda-mudi Pinoy mojok malem mingguan. Btw, alay-nya ABG pinoy berani diadu sama cabe-cabean + terong-terongan versi Indonesia, loh! :p

Keluar dari hotel (jahanam), jalanan terlihat sangat lengang, gak seperti malam sebelumnya yang lumayan rame. Sesampai di pusat kota juga gak ada orang lalu-lalang, semua toko dan warung tutup. Gelap. Bak kota mati! Hanya ada Jollybee (semacam Mekdi-nya Philippines) yang buka. 

Dengan tampang cengok, saya pun kepo dan bertanya kepada warga sekitar yang kebetulan lewat, "Ada apa gerangan dengan Kota ini?"

"Wah, mas, kebetulan hari ini ada kandidat President yang mampir ke kota buat kampanye (saya memang datang ke Philippines saat musim PEMILU)  jadi semua warga akan berbondong-bondong ke balai kota buat nonton."

Buset, ampe segitunya!

Rasa penasaran saya dengan acara kampanye (gak biasa) itu tak terbendung, saya pun ikut-ikutan warga sekitar berkumpul ke balai kota. Dan benar hampir seluruh warganya berkumpul di gedung balai kota untuk mendengarkan orasi, dan janji-janji manis calon pemimpin negara ini. Saya pun terperanjat--kombinasi heran ama tercengang melihat antusias warga kota ini yang rela meninggalkan kegiatan sehari-harinya hanya untuk mengikuti kampanye (atau mungkin pemerintah daerahnya emang ngewajipin? hanya mak erot dan balsem pembesar tititnya yang tahu).

20:00: Pukul 8 malam kebosanan saya sudah mencapai klimaksnya, I really can't do anything here! Malam itu juga, saya akhirnya packing dan nekat ke Terminal untuk beli tiket balik ke Manila karena saking mati gaya-nya! Untung terminalnya gak latah ikutan tutup. -_-

Saya termasuk orang yang gak gampang bosan, dan suka keheningan. Tetapi di Vigan, untuk pertama kalinya, saya baru benar-benar merasakan gimana rasanya kesepian saat traveling. (somebody, please save this jomblo!)

Moral of Story:
Jangan pernah merencanakan pergi ke Vigan sendirian. It's truly beautiful but really 'deadly' buat para jomblo! :(

-----------
Paalam, Vigan!

Mirip Yurop, yah! Iyah!
Vigan Cemetery
Calle Crisologo yang legendaris itu
Vigan Cathedral pas malem
Angels si penunggu kuburan di Vigan


Warganya pada liat kampanye!