Thursday, November 3, 2016

My [Absurd] Fellow Passengers


Bisa duduk sebaris dengan traveler kece nan cakep saat naik pesawat pasti menjadi dambaan setiap orang, termasuk saya. Saya sudah pernah merasakan duduk di samping mbak-mbak menor dan berisik, tante-tante hot pake rok mini (tapi pahanya berbulu), ibu-ibu bau minyak telon, mas-mas yang ngoroknya kayak kuda, sesama Blogger Indonesia yang ngambek karena gak disapa (padahal emang belum kenal + lagi capek berat), om-om bau jigong, hingga adek-adek ngileran + ngupilan (hobby ngupil).

Namun hal di atas belum seberapa jika dibandingkan dengan pengalaman saya berikut ini:

Di edisi kali ini saya akan share sepak terjang serta berbagai polah-tingkah absurd rekan sesama penumpang di pesawat yang sempat terekam oleh lensa panca indera saya selama traveling ke beberapa negara. Jika beberapa di antaranya pernah lo lakuin? Please, jangan baper, ya! Hehehe :p

ORTU CUEK

Kejadian menyeramkan yang berhubungan dengan ortu cuek, terjadi saat saya melakukan perjalanan dari Delhi ke Kolkata. Saat itu hanya saya penumpang Indonesia satu-satunya, sisanya warga lokal, dan ada beberapa bule dikit.

Jengkel saya timbul saat melihat sepasang pasutri (((PASUTRI))) yang membiarkan anaknya kelayapan lari-lari di pesawat tanpa sabuk pengaman, sementara mereka malah enak-enakan bermesraan plus pelukan. Saat itu pengen banget rasanya saya jambak rambut Ibunya sambil bilang:

"Heh! Gantian donk!"

Eh, salah... Maksudnya:

"Heh! Tuan dan Nyonya, tolong ya, itu piaraannya anaknya dijaga, itu sabuk pengaman nganggur tuh! Buruan dipasangin ke anaknya. Kalo tiba-tiba ada turbulensi hebat dan anak lo terpelanting gimana? Mau bikin anak lagi? Ajak-ajak donk!"

Mungkin ada yang bilang, "Namanya juga anak-anak! Selow, keleesss!"


Iya, sih, tapi harus lihat sikon juga, jika perbuatan anak tersebut dapat membahayakan diri mereka, apa iya harus dibiarin?

Saat itu, action yang saya lakukan buat si anak-malang-yang-ortunya-cuek adalah:
1. Mentoel pundaknya
2. Dia noleh bengong
3. Saya bilang, "Please seat, honey!"
4. Dia masih bengong bego
5. Selanjutnya saya kasih tunjuk sabuk pengaman di pinggang saya

Belum sampai saya demonstrasiin cara memakainnya, si bocah udah langsung ngacir ketakutan sambil begidik. Dikiranya saya mas-mas pedopil cabul yang haus kasih-sayang kali, ya? 

Kan vangke. Pasti tuh anak punya bakat meramal.


SIR, WE ARE LANDING!

This is gonna be a nightmare buat saya, termasuk seisi pesawat (beserta sanak keluarga di rumah). Saya kurang paham dengan oknum-oknum seperti ini, entah mereka sengaja amnesia, atau pura-pura bego, hingga mengabaikan prosedur keselamatan dan instruksi dari awak kabin untuk selalu mematikan telepon genggam saat proses taking-off ataupun landing. Gak perlu dijelasin, deh, bahaya mengaktifkan telepon genggam saat naik pasawat. Yang pasti jika itu dilakuin, sama aja seperti bunuh diri (bunuh massal malahan!)

Kejadian horror ini masih terjadi negara yang sama--India. Kali ini dalam perjalanan dari Srinagar, Kashmir menuju Delhi. Saat itu pesawat kami akan landing untuk transit di bandara Chandigarh. Cuaca sangat cerah, gak banyak awan. Namun anehnya, saat mau landing di landasan, pesawat kami oleng gak karuan. Pesawat tersebut goyang ke kiri dan ke kanan mirip layangan putus talinya trus mau jatoh! Sayap pesawat seakan hampir menyentuh landasan. 

Wahhh! Bisa berabe, kalo sayap duluan yang nyium tanah! Sialnya saat itu saya dapat duduk di window seat plus dekat sayap! Sehingga pemandangan mengerikan sangat jelas terpampang nyata. Keringat dingin langsung mengucur deras dari telapak tangan dan kaki saya. Saya mencoba menutup mata dan berdoa sebisanya. Hingga terdengar suara...

"Titutititititiii titit... Titiiittttt!" 

Bunyi ringtone mesum dengan judul "Titit" khas handphone jadul N*kia Polyphonic menggema dengan syahdunya dari kantung baju bapak-bapak India di samping saya.

"Halo! Namaste.... Bole chudiyan, bole kangna! Hai mein ho gayi! Tere Sajna!" Si Bapak mengangkat telpon tersebut dan ngoceh pake bahasa Hindi.

Saya langsung sewot dan bilang ke bapak itu, "Excuse me, Sir, we are landing!"

Si bapak masih asik ngomong, "Leja leja, Soniye leja lejaaa! Hai Leja leja hoooo!"

"SIR, WE ARE LANDING!" saya teriak sambil memegang tangan si bapak yang masih menggenggam handphone laknatnya.

Mata kami langsung beradu tatap.

Tangan kami bertautan.

Mata saya melotot (hampir mencelat keluar) ala Suzana.

Si Bapak bengong.

Sepersekian detik berlalu, si bapak akhirnya tersadar dan langsung mencoba untuk mematikan handphone-nya. Dari dalam speaker handphone sayup-sayup terdengar suara binal:

"Halooo? Halooo? Haa!"

Tut.

Telpon pun mati, dan pesawat kami mendarat dengan selamat. 

Sesaat setelah pesawat berhenti, saya buru-buru minta maaf ke Bapaknya karena perbuatan kurang sopan saya barusan, dan Bapaknya cuma bilang, "It's OK..."

Ketika sampai di hostel saya baru sadar, "Lah? Ngapain jadi gue yang minta maaf?" 

Vangke.


TABOK AKU, BUK!

Kejadian tak mengenakkan kembali terjadi di India, saat itu kami dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Kolkata.

"BHAKKKK!" 

Gak ada angin gak ada hujan, kepala saya ditimpuk pake seplastik roti dari belakang.

Saya menengok ke belakang. Ada Ibu-Ibu India bertubuh tambun ngomong pake bahasa Hindi yang saya gak ngerti, tapi intinya dia minta tolong saya untuk ngasih roti ke temannya yang duduk di depan saya.

Beberapa menit kemudian...

"BHAKKKK!" 

Timpukan ke dua melayang di kepala saya, kali ini seplastik kacang. Saya pun mulai emosi.

"Excuse me! Could you please not do this? This is my head!"

Eh, si dia ama temennya malah ngakak. VANGKE.

Beberapa menit kemudian timpukan ketiga terjadi. Kali ini sekotak biskuit.

"BHAKKKK!" kepala saya keliyengan.

Saya pun hilang kesabaran, dan langsung mengadu ke pramugari. Saat pramugarinya nyamperin, eh dia malah diomelin sama si ibu-ibu peak pake suara toaknya.

"TUM PASS AEE! YOU MUSKURAYE!!! TUM NE NA JANE KYAAA?!!!!" Si ibu melototin si pramugari.

Si pramugari cuit nyalinya, abis itu malah ngacir.

"Lah?" saya terbengong gak percaya.

Bule samping saya tiba-tiba nowel lengan saya sambil bilang, "Women..." sambil geleng-geleng.

"TABOK AKU, BUKKK! TABOOOK!!!" T_T


18+ PASSENGERS

"Excuse me, is that your seat?"

Seorang cewek bermuka Asia membangunkan lamunan saya saat menatap pemandangan di luar dari jendela pesawat yang saya tumpangi, rute Puerto Princesa menuju Manila, Philippines.

"Yes. Mine is window seat." Saya jawab kalem.

Si cewek pergi tanpa sepatah kata.

Beberapa menit kemudian si cewek balik, ternyata dia tidak sendiri melainkan sama cowok bule-nya. Belum juga naruh tas di kabin, kedua sejoli ini sudah melakukan adegan yang mengguncang dunia penerbangan berupa "Cipokan Dahsyat"!

"HASAAN, PLEASE JANGAN LIHAT! KAMU MASIH DI BAWAH UMUR, NAK!" suara nenek saya yang sudah bertahun-tahun meninggal bergema di telinga saya.

Abis cipokan, si cowok bule mencoba duduk di "middle" alias tepat di samping saya (window seat), namun si cewek langsung buru-buru bilang, "Honey, don't seat there! You seat here!" ucapnya ke si cowok sambil ngelirik saya.

"VANGKE! EMANG MUKA GUE SE-HOMO ITUUUU?" saya teriak dalam hati.

Si cowok keliatan bingung, namun tetap nurutin permintaan si cewek buat duduk di aisle. 

Beberapa detik duduk, mereka kembali melakukan perbuatan tak senonoh (cipokan) di depan semua orang, kali ini adegannya lengkap pake kuah, cingur, lidah, dan kikil. (Lu kira Masakan Padang?) :D

Saking "brutal"-nya, salah seorang pramugari sampai melerai (((MELERAI LHO, YAH!))) mereka dari perbuatan menyesatkan tersebut. Alasannya karena si pramugari lagi ingin meragain penggunaan alat keselamatan.

Sepanjang perjalanan Puerto Princesa - Manila (kurang lebih 1 jam) mereka tak henti-hentinya beradu cingur di depan saya hingga kuah meluber kemana-mana.

Saya?

Saya cuma bisa (pura-pura) baca majalah, plus sesekali mengalihkan pandangan dan menatap nanar ke luar jendela. 


A photo posted by Hassan Hans Nadaf (@travelerkere) on