Sunday, December 18, 2016

Bocah Kampung Goes to Iran


Traveling ke Iran sudah menjadi mimpi dengan peringkat ke-2 saya setelah traveling ke India. Perjalanan ke Iran bahkan sudah saya persiapkan sejak tahun 2012, saat saya masih kuliah semester 6. 

TAHUN 2012
Sadar bahwa saya kere, saat itu saya mulai mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari:
1. Di mana saya nantinya menginap?
2. Soal Visa gimana?
3. Kalo ada apa-apa siapa yang nolong?

Puji syukur pada saat itu tingkat ke-alay-an saya sedang dalam puncaknya. Saya pun mulai random nge-add orang-orang Iran via Facebook. Yang keliatan tajir dan cakep saya add (wakakak!). Dari sekian banyak orang, ada 1 orang yang "nyanthol" dan antusias dengan keberadaan saya. Sebut saja doi "Mas Supri".

Mulai dari ngobrol perkenalan, ngobrol musik, makanan, ukuran beha, hingga perkenalan pariwisata dari masing-masing negara sudah kita laluin. Berasa udah klik, saya pun memberanikan diri bilang ke doi bahwa suatu hari nanti, saat saya sudah kerja, saya akan traveling ke Iran. Dia pun mengamini serta ngasih respon yang baik:
1. Nanti menginap di rumah gue aja
2. Soal Visa jangan kuatir nanti gue bantu
3. Gak usah khawatir, kalo ada apa-apa ada gue! Kasih tau gue kalo lo jadi dateng!

Kejawab sudah 3 pertanyaan saya di atas. Saya pun mulai giat belajar, supaya segera selesai skripsi dan bisa langsung kerja serta traveling dengan jiri payah sendiri. #MimpiAnakKampung

TAHUN 2016
Saya percaya, mimpi jika dipupuk dan disirami dengan benar pasti akan tumbuh. Kesempatan ke Iran akhirnya dapat saya wujudkan. Tiket ke Iran sudah dipegang, dan Visa ke Iran semakin mudah dengan kebijakan baru Visa On Arrival (VOA) untuk warga Indonesia.

Saya pun langsung japri si Mas Supri, kurang lebih seperti ini isinya, "Mas Supri, saya udah kerja nih dan udah bisa beli tiket ke Iran, nih. Saya akan ke Iran bulan depan! YEAYYY!!!"

Dia pun menjawab "CIEEE!" plus 3 jawaban yang sama:
1. Nanti menginap di rumah gue aja
2. Soal Visa jangan kuatir nanti gue bantu
3. Gak usah khawatir, kalo ada apa-apa ada gue! Kasih tau gue tanggal maennya!

Beberapa hari sebelum keberangkatan, Mas Supri rajin nginfoin saya tentang Iran, mulai dari Dos and Don'ts hingga pakaian dan sepatu apa yang cocok dikenakan saat di Iran. Saya pun gak kalah antusias dengan mempersiapkan oleh-oleh berupa kopi dan souvenir khas Indonesia (kebetulan si Mas Supri ini adalah coffee lover #uhuk)

Tanggal kedatangan sudah di depan mata, saat itu saya mengambil perjalanan transit di Kuala Lumpur, sekalian hang-out sama temen yang kebetulan juga lagi jalan-jalan di KL. 

Malamnya saat saya sedang di hotel, si Mas Supri mengirimkan pesan melalui WhatsApp yang isinya:

"Hi, Hassan. Rumah gue di Utara Iran hancur kena banjir, gue harus kesana buat ngecek. Gue baru akan balik ke Tehran 3 hari kemudian. Sorry, cuy. Duh, gue malu banget!"

DUARRRRR!!!!

Hati saya hancur berkeping-keping seperti rumahnya Mas Supri yang kena banjir. Untuk mendapatkan Visa Iran setiap turis diwajibkan punya referensi teman atau paling tidak punya voucher hotel buat menginap selama di sana.

OTHOKAEEE???

Kalang kabut, karena besok sudah harus terbang, saya pun langsung browsing penginapan di Tehran. Semua OTA (Online Travel Agent) saya coba akses. Booking hostel/hotel di Iran ternyata tidak semudah membalikkan kancut yang sudah lama gak dicuci, karena credit card tidak berfungsi di sana. Saya pun coba cari pake b**king.com (yang bisa book tanpa CC), hasilnya ketemu hotel bintang 4 yang harganya 2 jutaan per malam. WAKS?!! MAU BAYAR PAKE BULU KETEK BLONDE?

Malam sebelum berangkat itu pun menjadi malam yang panjang buat saya, yang harus cari cara gimana bisa dapet tempat menginap, dan yang paling penting dapat Visa buat masuk Iran. Gak hilang akal, saya mulai merambah ranah lain, yaitu Couchsurfing. Saya pun mem-post 1 Public Trip di sana, yang isinya:

"Haeee semuaaa, Orang Iran! Gue mau berangkat ke Iran besok via Tehran. Tapi host gue batalin janji doi buat mengakomodasi gue! Huvt #cedih. Adakah orang forum ini yang bisa bantu gue nyariin website buat booking hostel murah di Iran? Gue udah nyari tapi gak nemu!!! Atau kalo ada yang mau nampung gue, gue bakalan girang abis!!! HELEPPP!!!"

*posted*

*saya pun ketiduran*

Paginya, saat saya bangun, hape saya dibanjiri pesan dari Couchsurfers Iran yang antusias menawarkan bantuan:

Couchsurfer 1:
"Haeee, Kalo lo pengen book hostel muree di Tehran book di sini ajah: www.behabolong.com! Japri gue kalo lo butuh pertolongan."

*save contact number*

----
Couchsurfer 2:
"Haeee, gue punya temen yang kerja di hostel. Gue bisa pesenin hostel buat lo sekarang juga."

*save contact number*

----
Couchsurfer 3:
"Haeee, mau gak nginep di rumah gue? Gue bisnismen, rumah gue cukup nyaman. Lo bisa nginep di kamar gue. Gue juga jago mijet. Eh, betewe, Lo gay atau straight?

Gue jawab: GUE BANCI!!! BHAYYY!!!

*delcon*

---------

Setelah menimbang dan memikirkan nantinya-gimana, saya pun memilih opsi Mas-mas 1 & Mas-mas 2. Saya book hostel www.behabolong.com + book hostel dari Mas-mas 2. Sengaja saya book dua-duanya buat jaga-jaga kondisi terburuk saat tiba di imigrasi Iran.

Dengan berlinang air mata (karena ketakutan gak dapet Visa) saya pun naik pesawat dan mengkhatamkan tekad berkunjung ke negara Impian, negara yang bikin saya mimpi selama 4 tahun (sejak kuliah), negara dengan berjuta pesona dan cowok + cewek bak bidadara + bidadari, IRAN!

To be continued...

A photo posted by Hassan Hans Nadaf (@travelerkere) on