Saturday, April 15, 2017

Myanmar: Cetar Tapi Kurang Tenar


Nama Myanmar mungkin termasuk yang paling redup pamornya di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya. Saya pernah iseng mengetes beberapa pertanyaan kepada teman-teman saya.

Ada yang menganggap kurang menarik.
Saya: Udah pernah kemana aja?
Temen: Asean udah khatam! 
Saya: Udah pernah ke Myanmar?
Temen: Belom, sih. Gak tertarik. Emang ada apa di sana?
Saya: ...

Ada pula yang menganggap berbahaya:
Saya: Gue mau ke Myanmar
Temen: Ih, ati-ati lo! Ntar dianiaya ama warga sana kayak suku Rohinya!
Saya; ....

Kasus yang ke-2 mirip doktrin orang luar yang menganggap bahwa "Indonesia adalah identik dengan Tsunami". Namun, bagi saya Myanmar adalah salah satu negara paling unik di Asia Tenggara. Berikut Keunikan negara Myanmar yang cetar tapi kurang tenar:

1. Sarung
Melihat bapak-bapak pake sarung pasti udah jadi hal biasa, donk, di Indonesia. Namun, hal itu akan jadi luar biasa jika sarung digunakan disegala aktifitas. Di Myanmar semua warganya memakai sarung--disana sebuatannya Longyi (dibaca Longji)--untuk untuk segala aktifitas harian. Longyi cowok bermotif kotak-kotak dengan warna cenderung gelap, sedangkan longyi cewek bermotif bunga-bunga dengan warna lebih hore dan ceria. Cewek, cowok, banci, tua-muda, miskin-kaya; semua pake sarung. Mau ibadah, tidur, kerja, jalan-jalan, dugem, ngemoll; sarung wajib hukumnya!

Ketika di terminal saat sedang menunggu bus menuju Bagan, saya sempat penasaran dengan para sopir dan kenek yang dengan manjanya lenggak-lenggok memakai sarung. Saya iseng nanya apakah mereka pake celana dalam? Mereka menjawab "Enggak". Wakwau!

2. Daun Sirih
Saya sempat shock saat pertama kali melihat fenomena ini. Fenomena di mana semua warga hobi mengunyah daun sirih (orang Jawa menyebutnya 'Nginang'). Dulu sewaktu kecil saya cuma bisa melihat nenek buyut saya doyan menyungah sirih, itupun seetelah beliau tiada udah gak pernah nemu lagi orang doyan sirih. Di sini semua umur doyan, dari mulai cabe-cabean, terong-terongan, hingga kubis-kubisan semuanya mulut merah-merah gak bisa berhenti ngunyah. Bagi mereka senyum cemerlang bukanlah senyum P*epsodent tetapi senyum daun sirih. *Clink*

Dengan banyaknya konsumsi daun siri, tentunya produksi ludah tentunya meningkat secara signifikan. Pemerintah Myanmar gak ambil diam dalam hal ini, mereka menyediakan tong-tong penampung ludah di sudut-sudut kotanya. Jadi kalau abis nyirih ya tinggal cuih! Yang nyebelin kalo nyirih sambil naik motor atau mobil, mereka sering meludah sebarangan di jalanan sambil nyetir. Cuih! Crot! Pengendara di belakang siap-siap helm cakil, ya!

Seperti halnya nenek buyut saya, mereka percaya bahwa mengunyah sirih dapat menyehatkan mulut serta gigi. Kandungan yang terdapat dalam daun sirih juga dipercaya bermanfaat sebagai anti bakteri, anti jamur, mencegah diabetes, serta melancarkan datang bulan (yang terakhir adalah karangan gue).

Pas jalan-jalan ke pasar tradisional, saya sempat ditawari ngunyah sirih ama orang lokal. Hasilnya? di kunyahan pertama saya sukses muntah trenggiling. Gak enak! Hoek! Cuih! Crot!

3. Thanaka
Salah satu fenomena yang gak kalah unik yang bisa kita jumpai saat melawat ke Myanmar adalah Thanaka. Thanaka adalah sejenis bedak. Udah. Sekian.

So, apa uniknya, cumi?

Uniknya adalah cara pemakaiannya. Sejenis bedak basah ini dipakai dengan cara dioleskan di muka seperti metode ngecat tembok. Pengolesannya pun sengaja dibuat tidak merata di wajah, sehingga menimbulkan motif-motif unik di muka penggunanya. Ada motif oles kotak di kening, pipi, dan hidung, ada juga yang cara pengolesannya menggunakan jari tangan, sehingga muka penggunanya tampak belang-belang layaknya macan tutul. Hahaha!

Yang kocak adalah, bintang sinetron di sini digambarkan dengan mbak-mbak cantik dengan muka belang-belang efek Thanaka, sedangkan super hero-nya atau bintang cowoknya adalah Om-om ganteng dengan senyum cemerlang abis ngunyah sirih. Iklan produk Thanaka ini pun paling sering tampil dalam komersial break di tivi layaknya iklan bedak Pon*s di Indonesia.

Note: Psst, Thanaka ini juga lazim dipake cowok, lho! (Yug, cyinn!)

4. Cubit Pipi
Saya belum yakin apakah ini sudah menjadi kebiasaan seluruh warga sekitar Myanmar, tetapi saya sering melihat sesama pemuda cowok + cowok suka bercanda dengan cubit pipi (kalo di Indonesia kan biasanya cubit tetek). Saat terjadi saling cubit pipi, orang sekitar pun responnya cuek dan biasa aja. Kalo di Indonesia udah pasti diteriakin "Homo ih woy! HOMOOO!"

6. Makanannya Enak & Murah
Percaya atau enggak, makanan di Myanmar mirip banget dengan yang ada di Indonesia, baik rasa maupun harga. Saya pernah mampir di salah satu warteg di daerah terpencil bernama Mawlamyine. Kenapa saya bilang terpencil? Karena di sini gak ada mall, gak ada bioskop. Hehe.

Lapar menempuh perjalanan hampir 4 jam dari Yangon, perut mulai bergejolak, akhirnya saya mampir di warung ala-ala deket terminal. Saya cuma nunjukin 1 jari telunjuk yang artinya 1 porsi makanan ke abang-abang warteg. Saya sengaja gak ngomong sepatah kata pun supaya dapet harga lokal. 2 menit nunggu, makanan mulai dihidangkan di meja saya. Saya senyum kegirangan melihat menunya:

- 2 piring nasi putih - ya, dari pemantauan saya selama di sini, orang sini sekali makan 2 piring, jadi kalo pesen 1 porsi akan dikasih 2 piring, kalo dateng berdua maka akan dikasih 4 piring nasi, saya pernah hampir berantem dengan pelayan warung makan gara-gara ini.

"Excuse me! I order only one."

Dia ngangguk doank.

"Could you please take this plate? I only order 1 plate of rice."

"Yes. Yes. Only one." dia jawab polos.

"No. I eat only one plate of rice." Saya kasih dah tuh piring satunya ke pelayannya. Tapi sama pelayannya dibalikin lagi sambil bilang, "Yes. Only one."

"Serah lo dah!" Saya ngomel dalam hati.

Yang lebih ekstrim, pernah mereka kasih saya 1 piring nasi plus tambahan ekstra nasi sebakul (catet. SE-BAKUL). Lu kira gue buto ijo?

Menu lainnya:
- Ayam bumbu balado
- Lalapan terong dan rebung
- Sayur asem
- Sambel terasi rumahan, beneran rasa terasi yang diulek pake cobek
- Air putih

Saat pesen di warung lain dalam perjalanan ke Bagan, menu yang disediakan pun gak jauh beda dengan yang ada di Indonesia seperti Pecel ayam, dll. Semua rasanya persis sama yang dijual di warteg-nya mbak Yayuk. Harganya pun terjangkau sekitar 15-20 rebuan! LOVEE!!!

7. Tempat wisatanya mahadaya!
Mulai dari Pagoda Shwedagon yang iconic seantero kayangan, barisan candi Buddha terluas di dunia yang ada Bagan, hingga gugusan pegunungan bersalju Himalaya di ujung utara, Myanmar siap membuatmu terpukau. Ingat, negara ini masih sangat cupu dan perawan sehingga infrastruktur, transportasi dan fasilitas publiknya pun masih sangan minim. Buat penyuka tantangan dah hal tak terduga, anti mainstream dan lain sebagainya, negara ini wajib masuk bucket list!

8. Is it safe?
Lantas bagaimana dengan peryataan bahwa Myanmar identik dengan konflik agama dan lain sebagainya?

Sebelum berangkat saya sempat riset bahwa konflik tersebut hanya pernah terjadi di daerah tertentu saja, seperti Rakhine State dan daerah perbatasan dan sekitarnya. Saya memilih untuk tidak berkunjung ke State tersebut karena masuk dalam travel warning. Tapi so far, selama di sini, untungnya, saya gak nemu konflik atau pun pertikaian yang sering diberitakan di media. Bahkan saya sering melihat Suku dengan muka India Selatan (yang identik dengan warga keturunan Rohinya) adem ayem aja tuh duduk bersanding, haha-hihi, cubit pipi, dengan warga lokal bermuka oriental.

So, kalo ditanya aman atau enggak traveling ke Myanmar? Jawabannya adalah Sedia Durex rasa vanilla!




A post shared by Hassan Hans (@travelerkere) on

A post shared by Hassan Hans (@travelerkere) on