Sunday, June 23, 2013

R.E.L.A.T.I.F


Banyak yang bilang kalo hidup itu relatif. Ganteng itu relatif. Cantik itu relatif. Kayaknya cuma jelek yang absolut. Selebihnya relatif. 

Relatif dalam artian bahwa setiap orang punya pandangan dan pendapat yang berbeda-beda dalam melihat ataupun menilai sesuatu.

Kasus 1: 

"Nabilah JKT48 tuh cantik banged pake "d" yah?" Ucapku ketika melihat poster JKT48 di pinggir jalan.

"Ih, cantikan Melody,  lah!" Agista nyolot.

"Cantikan Nabilah, donk!"

"Melody!"

"NABILAH!"

"MELODY!"

*kemudian kami jambak-jambakan*

"Udeh-udeh, cantikan Ola Ramlan, kalee!" Lerai salah seorang teman.

"...."

Ya. Relatif. 

Gak cuma bicara tentang fisik yang "ganteng ataupun cantik", relatifisme (istilah-"ngawur"-yang-saya-buat-sendiri-Red) juga ada sangkut pautnya pada pandangan kita tentang suatu benda ataupun karya seni.

Kasus 2: 
Saya sering melihat foto ataupun lukisan baik itu di pameran maupun di museum. Ada yang menurut saya bagus ada pula yang menurut saya jelek banget. Tapi setelah saya pahami dengan seksama ternyata semua foto dan lukisan tersebut mempunyai makna tersendiri sesuai sudut pandang sang artist. Jadi, yang bagi saya jelek, bagi orang lain belum tentu jelek. Relatif.

Kasus 3:
Saya juga sering sekali mengagumi obyek-obyek seperti bangunan tua yang banyak bertebaran di seantero Indonesia. Bagi saya, bangunan tua itu bagaikan sebuah permata misterius yang selalu menarik untuk ditelusuri ataupun diabadikan lewat foto. 

"Wao, lihat tuh bangunan keren banget, yah? Foto disitu, yuk!" Saya takjub sambil nunjuk-nunjuk sebuah bangunan tua kepada salah seorang teman saya.

Tapi kenyataanya teman saya malah membalas, "Idih, apanya yang bagus? Serem gitu. Hih!"

"...." 

Relatif.

Kasus 4:
Ketika itu saya sedang mengunjungi sebuah Candi Ratu Boko, yang terletak di wilayah Sleman, Jogjakarta. Dengan membeli tiket terusan dari Candi Prambanan kita bisa menumpang shuttle --mini bus-- untuk menuju Candi Ratu Boko yang letaknya lumayan agak jauh dari Candi Prambanan. 

Candi Ratu Boko. Menurut saya candi itu unik dan punya karakteristik yang berbeda dari candi-candi pada umumnya --batu-batuannya di buat lebih alus. Meski candi tersebut minim ukiran, tapi menurut saya, sih, tetep aja bagus.

Setelah selesai observasi-comel dan foto-foto-ganjen di Ratu Boko, kami diharuskan untuk berkumpul ke dalam shuttle yang akan mengantar kami kembali ke areal Candi Prambanan.

Semua penumpang sudah masuk dan mobil pun melaju. Ketika itu suasananya sungguh syahdu. Enak sekali melamun sambil menikmati pemandangan persawahan hijau yang tersaji di daerah Sleman. 

Tetapi tanpa diduga lamunan saya pun terberai-berai bagai usus ayam yang di cabik-cabik oleh penjual sate. Semuanya buyar ketika saya mendengar seorang cewek yang duduk tepat di belakang saya lagi telfon-telfonan dengan mamanya dengan suara "toak mesjid". Kenceng buanget!

Catatan: Penggunaan huruf besar disini bukan karena tombol capslock saya soak. Tetapi karena si cewek (waktu itu) memang berbicara dengan sangat kencang plus ctar memBEHAna.

"HALO, MAMAH?" Si cewek mulai.

"@^^%@&*#**&*^*..." --> Suara mamahya lewat telfon.

"IYA, MAMAH. SEKARANG AKU LAGI DI JOGJA, MAMAH!" Kembali si cewek berteriak dengan logat bataknya yang kental sekental ingus basi.

"%^@%#*&*(#*((*..."

"MAMAH, SUARA MAMAH GAK JELAS. GAK ADA SINYAL, NIH, MAMAH! AKU SEKARANG LAGI DI GUNUNG!" Mulutnya mulai berbusa.

Saya mulai cari-cari kasut buat menyumpal telinga.

"*&@^^#*#()($)(*(%..."

"IYA, MAMAH. TADI BARUSAN DARI CANDI. NAMANYA, RATU BOKOOOO!" Si cewek epilepsi teriak kenceeeeng banget tepat di belakang telinga. Saya pun sudah pasang kuda-kuda buat nyumpelin kasut ke mulutnya.

"@&*#@*&%&#*+..."

"AKU TAK TAU, LAH, MAH! TADI AKU CAPEK-CAPEK NAIK TANGGA, KEPANASAN, PENGEN LIHAT CANDI RATU BOKO. SETELAH NYAMPE ATAS, TERNYATA YANG ADA CUMA BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"

Hwaattt?!!!

Saya langsung tercekat. Dan pengen sekali teriak ke muka tu cewek sambil bilang, "HELLOOO! DARI JAMAN KUCING MASIH SUKA NGEMIL TELENAN, YANG NAMANYA CANDI DIMANA-MANA ITU, YA, BATU YANG DI TUMPUK-TUMPUK, AAAAH, SERUNDENG TUMPENG!"

Batinku berkecamuk. Saya jadi bingung dengan semua ini. Apakah memang selera saya murahan atau si cewek itu yang somplak sehingga dengan brutalnya dia bilang bahwa Candi Ratu Boko hanyalah sebuah "BATU YANG DI TUMPUK-TUMPUK!"?

"BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"

"BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"

"BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"

"BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"

"BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"

"BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"

"BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"

Sampai tulisan ini di-posting, suara binal cewek itu masih mengiang dengan ganasnya di telinga saya.

Sekali lagi terbukti. Semuanya relatif.

"BATU DI TUMPUK-TUMPUK!"